Sunday, August 9, 2009

PERIHAL KEMATIAN

Akhir-akhir ini Allah sangat menyayangi kita. Berkali-kali, berkali-kali kita diingatkan perihal kematian dengan meninggalnya orang-orang besar di antara kita : Michael Jackson, Mbah Surip, WS Rendra. Orang-orang dengan karya-karya besar & fenomenal yang akan selalu dikenang. Banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil dari kisah hidup & kematian mereka.


Kita diingatkan untuk mensyukuri nikmat iman dan nikmat sehat yang Allah berikan kepada kita. Kita diingatkan untuk mensyukuri karunia kehidupan yang Allah berikan kepada kita (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?). Karena sungguh, kehidupan di dunia ini hanyalah persinggahan sementara yang sangat singkat. Kita tidak pernah tahu kapan malaikat maut akan datang menjemput. Dia tidak hanya mendatangi orang-orang di ranjang-ranjang kematian di rumah sakit, tidak hanya pada orang-orang tua berumur 60, 70, atau 80 tahun. Dia bisa datang kapan saja, dimana saja dan pada siapa saja. Dia bisa mendatangi kita 50 tahun lagi, tapi dia juga bisa mendatangi kita hari ini, atau mungkin besok.

Kalau teman-teman ingat pada tragedi pengeboman di Marriott & Ritz Carlton kemarin, saya yakin orang-orang yang menjadi korban itu adalah orang-orang muda yang sehat, yang masih punya impian dan karya-karya yang belum sempat mereka wujudkan.

Pada karunia kehidupan yang Allah berikan kepada kita ini, apa yang sudah kita lakukan untuk mensyukurinya? Karya apa yang sudah kita persembahkan?; Manfaat apa yang sudah kita berikan pada orang-orang di sekitar kita, kepada umat manusia, kepada dunia?

Izinkan saya untuk mengutip karya seorang besar yang juga telah meninggalkan kita, Alm. Pramoedya Ananta Toer, dari salah satu masterpiece-nya, Tetralogi Pulau Buru:

“Kau tidur dengan damai di sini, guru! Betapa sederhananya mati. Dan semua akan bertemu dalam kedamaian dalam alam mati, tidak peduli raja, tidak peduli budaknya, tidak peduli algojo dan tidak peduli kurban-kurbannya, tidak peduli Rientje de Roo, dan tidak peduli kaisar yang sekuasa-kuasanya. Betapa sederhananya mati. De Lange memilih mati. Berapa tahun lagi aku harus berkumpul denganmu, guru? Tapi aku masih hendak mencapai sesuatu. Sesuatu!” ….. Kata-kata Pangemanann di depan makam RM Minke (Rumah Kaca – Pramoedya Ananta Toer)

Saat kematian datang menjemput, tidak peduli raja, tidak peduli budak, tidak peduli kaya, tidak peduli miskin, semua sama. Hmmh mungkin tidak persis sama, mungkin jumlah pelayat & jumlah karangan bunga seorang raja dengan seorang budak tidak sama. Nisannya mungkin tidak sama, yang satu terbuat dari marmer, yang satu hanya dari kayu sederhana. Tapi saat tanah menutupi jasad yang telah mati, semua sama. Semua sendiri. Tak ada kawan, tak ada lawan. Tak ada kekasih, suami, istri, atau anak tercinta yang akan menemani. Tak ada harta benda, tak ada tahta dan tak ada hutang yang akan mengejar & menyertai di liang lahat. Hanya ada tanah, ulat-ulat, serangga, dan 3 hal yang akan menjadi kawan abadi:

1. Amal jariyah
2. Ilmu yang bermanfaat
3. Doa anak yang soleh
………

From Facebook Ajeng Sukmawati

No comments: