Friday, February 22, 2008

TERSENYUMLAH !

Tersenyum mempunyai pengaruh yang kuat untuk membuat jiwa gembira dan bahagia. Rasululloh sendiripun sesekali tersenyum dan tertawa hingga tampak gerahamnya yang putih, sehingga Rasululloh bersabda ; “Tersenyumlah karena senyum itu merupakan shodaqoh “.
Allah SWT menjelaskan tersenyumnya Nabi Sulaiman as, dalam Al-Qur’an surat An Naml ayat 19 ; “Maka dia tersenyum dan tertawa karena mendengar perkataan semut itu, dan dia berdo’a ; Yaa Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni’mat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu dan bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang engkau ridhoi; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.

Salah satu ni’mat yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman dan mereka menjadi penduduk ahli surga adalah senyum dan tertawa, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Muthaffifin ayat 34 ; “ Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman mentertawakan/tersenyum kepada orang-orang kafir”.
Orang Arab senang memuji manusia yang murah senyum, yang selalu tampak ceria. Menurut mereka perangai yang demikian itu merupakan pertanda kelapangan dada, kedermawanan sikap, kemurahan hati, kewibawaan perangai dan ketanggapan fikiran. Pada dasarnya, Islam dibangun atas dasar prinsip keseimbangan antara aqidah syari’at dan akhlak. Maka dan itu Islam tak mengenal kemuraman yang menakutkan. Karena, muram durja dan muka masam adalah cermin dan jiwa yang galau, fikiran yang kacau, kepala yang rancau. Senyum/tertawa lepas yang tak beraturan akan mematikan hati. Sebagaimana sabda Rasululloh SAW; “Meski engkau menjumpai saudaramu hanya dengan senyum dan wajah berseri”.
Dalam Faidhul Khathir, Ahmad Amin menjelaskan “Orang yang murah tersenyum dalam menjalani hidup ini bukan saja orang yang paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang paling mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggungjawab, orang yang paling sanggup menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan dan orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain”.
Andai saja saya disuruh memilih antara harta yang banyak atau kedudukan yang tinggi dengan jiwa yang tenteram damai dan selalu tersenyum, pastilah aku memilih yang kedua. Sebab apa artinya harta yang banyak bila wajah selalu cemberut ? Apa arti semua yang ada di dunia ini ?, bila perasaan selalu sedih, gelisah tidak ada kedamaian ? Apa arti kecantikan seorang isteri jika selalu cemberut dan hanya membuat rumah tangga menjadi neraka saja ? tentu saja, seorang isteri yang tidak terlalu cantik akan seribu kali lebih baik jika dapat menjadikan rumah tangga senantiasa senyum laksana surga yang menyejukkan setiap saat.
Senyum tak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus dan tabiat dasar seorang manusia. Setiap bunga tersenyum, hutan tersenyum, sungai dan laut juga tersenyum. Langit, bintang gemintang dan burung-burung, semuanya tersenyum. Dan manusia, sesuai watak dasarnya adalah makhluk yang suka tersenyum. Itu bila dalam dirinya tidak terkena penyakit tamak, hasad-dengki dan egoisme yang selalu membuat rona wajah tampak selalu kusut dan cemberut. Adapun bila ketiga hal itu meliputi seseorang, niscaya ia akan menjelma sebagai manusia yang selalu mengingkari keindahan alam semesta. Artinya, orang yang selalu bermuram durja dan pekat jiwanya tak akan pernah melihat keindahan dunia sedikitpun. Ia juga tak akan mampu melihat hakikat atau kebenaran dikarenakan kekotoran hatinya. Betapapun, setiap manusia akan melihat dunia ini melalui perbuatan, pikiran dan dorongan hidupnya. Yakni, bila amal perbuatannya baik, pikirannya bersih dan motivasi hidupnya suci, maka kacamata yang akan ia gunakan untuk melihat dunia ini adalah kacamata gelap yang membuat segala sesuatu di dunia ini tampak serba hitam dan pekat.
Tidak ada yang membuat jiwa dan wajah menjadi demikina muram selain keputusasaan. Maka jika anda menginginkan senyuman, tersenyumlah terlebih dahulu dan perangilah keputusasaan. Percayalah, kesempatan itu selalu terbuka, kesuksesan selalu membuka pintunya untuk anda dan untuk siapa saja. Karena itu, biasakan pikiran anda agar selalu menatap harapan dan kebaikan dimasa yang akan datang. Setiap kali kita melihat kesulitan, jiwa seseorang yang murah senyum justru akan menikmati kesulitan itu dengan memacu dia untuk mengalahkannya.
Begitu ia memperlakukan suatu kesulitan; melihatnya lalu tersenyum, menyiasatinya lalu tersenyum dan berusaha mengalahkannya lalu tersenyum. Berbeda dengan jiwa manusia yang selalu risau. Setiap kali menjumpai kesulitan, ia ingin segera meninggalkannya dan melihatnya sebagai sesuatu yang amat sangat besar dan memebratkan dirinya. Dan itulah yang acapkali menyebabkan semangat seseorang menurun dan asanya pun. Berkurang.
Bahkan, tak jarang orang seperti ini berdalih dengan kata-kata; “seandainya”, “kalau saja”, dan “seharusnya ……..” orang seperti ini sangatlah nista. Bukan zaman yang mengutuknya, tapi dirinya dan pendidikan yang telah memebsarkannya. Bagaimana tidak; ia menginginkan keberhasilan dalam menjalani kehidupan ini tanpa mau membayar ongkosnya. Orang seperti ini ibarat seseorang yang hendak berjalan tetapi selalu dibayangi oleh seekor singa yang siap menerkam dirinya dari belakang. Akibatnya, ia hanya menunggu langit menurunkan emasnya atau bumi mengeluarkan kandungan harta karunnya.

Baca Selengkapnya......

BAHAGIANYA SENYUM PERSAUDARAAN

Ukhuwah (persaudaraan) yang sering dibicarakan dan digembar-gemborkan sesungguhnya memiliki implikasi signifikan yang timbul dari pemaknaan ukhuwah / persaudaraan, yaitu ;
Pertama, mukmin dengan mukmin lainnya harus saling tolong menolong untuk taat kepada Alloh, bukan untuk berbuat maksiat. Dalam kaitan ini, Alloh berfirman; “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. Al-Maidah: 2).
Kedua, adanya solidaritas dan tolong-menolong dalam masalah ketenagaan dan kejiwaan. Dalam satu hadist yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Abu Dawud, Rasululloh menyatakan, “Saya berjalan untuk kepentingan saudara saya sebagai sudara muslim, saya lebih mengikuti untuk menolong saudara saya ini dari pada saya harus I’tikaf di masjid selama satu bulan”.

Ketiga, adanya solidaritas sosial. Seorang mukmin dengan mukmin lainnya haruslah memiliki kesetiaan kepada muslim lainnya. Kesetiaan dimanifetasikan dengan tolong-menolong.
Keempat, solidaritas material. Rasululloh SAW memerintahkan kepada setiap muslim untuk melepaskan problematika material mukmin lainnya. Ketika saudara kita ditindas dan merasa tidak mendapatkan atau memiliki untuk biaya hidup maka kita sebagai mukmin wajib memberikan apa yang dibutuhkannya. Rasululloh SAW bersabda, “Barang siapa yang memebrikan keleluasaan kepada muslim lainnya di dunia, maka Alloh akan memberikan keleluasaan baginya pada hari kiamat nanti “. dalam hadist riwayat Muslim lainnya dinyatakan, “Per-umpamaan mukmin dengan mukmin lainnya di dalam kasih sayang dan tolong menolong adalah bagaikan satu jasad. Kalau ada bagian jasad sakit maka seluruh bagian jasad lainnya itu akan merasa sakit “.
Hakekat senyum persaudaraan akan membawa kepada kebahagiaan. Sebab “sebaik-baik kamu adalah orang yang paling banyak manfa’atnya kepada orang lain”. Hadist ini seolah-olah menyatakan bahwa tidak pantas membuat suatu kegiatan yang dapat merugikan orang lain, karena kehidupan yang manusiawi dan Islami yang sendi-sendinya didasarkan pada rasa persaudaraan, kesetiakawanan, saling percaya, kejujuran dan keadilan. Sendi-sendi inilah yang akan menopang tegaknya kata kehidupan dimana setiap warga masyarakat merasa terlindungi, baik agama, jiwa, keturunan, pendapatan maupun aspirasinya. Kita harus dapat memiliki sifat-sifat yang disebut dengan “Ma Badi’ Khairu Ummah”, membangun persaudaraan dan yang bahagia. Para Ulama mengatakan ada lima sifat dasar dalam menciptakan kondisi tersebut;
Pertama, Al-Shidiq, yaitu umat Islam harus memiliki sifat-sifat kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan.
Kedua, Al-Amanah, yaitu seorang muslim harus menepati janji dan bertanggung jawab terhadap hal-hal yang dipercayakan kepadanya.
Ketiga, Al-‘Adalah, bersikap dan berlaku adil. Al-‘Adalah mengandung pengertian berpihak dan berpegang teguh kepada yang benar, tidak sewenang-wenang dan bertindak sepatutnya serta tidak berat sebelah.
Keempat, Al-Ukhuwah wa Al-Ta’awun, yakni merasa bersaudara dengan orang lain dan timbul kesadaran untuk saling tolong-menolong.
Kelima, Al-Istiqomah, yakni berlaku konsisten dalam kebaikan.

Baca Selengkapnya......

MENGELOLA MARAH DENGAN SENYUM

Rasululloh SAW pernah bernasehat, bahwa segala sesuatu tidak mungkin dapat diselesaikan dengan marah atau bersikap emosional. Bayangkan, pekerjaan apa yang bisa dilakukan dengan marah ?, pasti tidak ada. Segala aktifitas dan kegiatan seperti, ibadah, muamalah, pekerjaan kantor, kegiatan bisnis, kegiatan ilmiah semuanya akan gagal apabila dikerjakan dengan kemarahan, bahkan bisa rusak secara total. Sukses atau gagalnya usaha seseorang, tergantung pada kemampuan dari orang itu untuk mengelola emosi atau nafsu (amarah) nya. Bila ia mampu mengelola nafsu dan emosinya, maka sukses telah berada ditangannya. Sebaliknya bila ia tidak dapat mengelola nafsunya, maka kegagalan telah membelenggu dirinya.

Dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 134; “Yaitu orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang, Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. Manusia dengan segala sifat-sifat kemanusiaannya tidak mungkin menghindari marah. Bahkan marah, sudah menjadi bagian logis dari kehidupan manusia. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang bergaul dan berinteraksi dengan sesamanya. Pergaulan dan interaksi sosial tidak selalu dapat dilangsungkan dengan manis. Ada kalanya mendatangkan rasa suka, tetapi tidak jarang justru melahirkan kejengkelan serta kekecewaan. Pada tingkat tertentu, rasa jengkel dan kecewa mudah berubah menjadi marah. Oleh karena itu, timbulnya marah adalah justru konsekwensi dari kodrat manusia sebagai makhluk sosial.
Namun demikian, kita harus menyadari bahwa marah mempunyai daya detruksi yang besar. Karena marah, orang bisa kalap dan membunuh teman bahkan saudaranya. Lantaran marah, orang bisa menganiaya orang lain. Pada pengertian yang lebih ‘dingin’, marah bisa membuat orang memutuskan hubungan silaturahmi. Marah bisa menyebabkan interaksi menjadi panas dan tegang. Lantaran marah pula, oarang kadangkala lupa duru, lupa posisi dan lupa mengontrol sikap dan prilakunya. Memang marah tidak bisa ditampik, dihindarkan atau dihilangkan sama sekali. Marah tidak bisa dibunuh dan memang tidak perlu dibunuh. Tetapi, marah bisa dikelola sehingga dapat terkendali atau terkontrol.
Pertama, Agama Islam mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kesabaran. Ajaran kesabaran adalah kekuatan pengimbang dan pengendali manusia agar tidak memuntahkan kemarahan secara berlebihan. Dalam sebuah hadist Rasululloh SAW bersabda, “Orang kuat bukanlah yang bisa menjatuhkan seseorang ke tanah, namun orang yang bisa mengendalikan diri ketika dia marah”. (HR. Muttafaq ‘alaih).
Hadist diatas menegaskan bahwa kekuatan seseorang dilihat dari kemampuan internalnya untuk mengendalikan diri ketika marah. Karena sebagai bagian dari nafsu, marah mesti dikontrol sehingga tidak mendatangkan bahaya tambahan yang bersifat eksternal, hubungan antar manusia. Kesabaran dan ketabahan yang sangat kuat, adanya ketaatan dan kemurnian jiwa, adanya kecerdasan emosional dan yang terpenting adalah ketafakuran dalam mengelola amarah.
Kedua, tafakur juga akan bermanfaat untuk mengelola kemarahan karena marah yang berlebihan dan berdaya destruktif, lebih bermuatan emosi dan akibatnya mematikan rasa tafakur. Berkaitan dengan kedua hal tersebut diatas, kita menjadi semakin yakin ajaran tentang kesabaran dan pentingnya tafakur. Nabi Muhammad pernah mengatakan “bahwa, kamu memiliki dua kualitas yang dicintai Alloh; kesabaran dan tafakur yang mendalam”. (HR. Muslim). Namun demikian bukan berarti kita tidak diperbolehkan marah tetapi marah dilakukan pada lokasi yang benar dan dengan ukuran yang tepat, justru kemarahan itu akan bersifat konstruktif, yaitu; marah ketika kita melihat berlangsungnya tata kehidupan sosial yang tidak benar terhadap kemaksiatan, korupsi, penyelewengan, penindasan, dan sebagainya. Sebagai manusia yang beriman, kita patut untuk marah bahkan Nabi mengajarkan dengan jelas terhadap sebuah kemungkaran, kita harus tersentuh untuk mengubahnya, baik lewat tangan (kekuasaan), lewat lisan (serua/himbauan) maupun lewat hati (tidak menyepakati, meski dengan cara diam). Marah seperti inilah yang konstruktif dan memberikan motivasi untuk mencari jalan keluarnya. Marah juga dapat terjadi apabila agama yang kita yakini, mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya. Dalam pengertian ini pula, kita berhak marah jika terjadi pelecehan terhadap nilai-nilai kebenaran dan kemanusiaan universal yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Menurut Imam Syafi’i ra; “Kalau kondisi seperti diatas dia tidak marah maka dia disebut Himar / Keledai”. Manusia justru dianjurkan untuk marah secara positif, konstruktif dan bertanggung jawab. Bahwa marah bukan datang dari subyektifitas pribadi melainkan lahir dari komitmen untuk membela kepentingan publik dan masyarakat yang terancam kebatilan. Oleh karena itu masalah marah adalah masalah manajemen. Persoalan marah adalah bagaimana mengelola marah secara baik dan benar sehingga senantiasa datang pada tempat yang seharusnya dan dalam ukuran yang semestinya, serba tepat lokasinya dan terukur porsinya serta selalu tersenyum menghadapinya.

Baca Selengkapnya......

MENGHIASI DIRI DENGAN SENYUM IMAN

Filosof Nietzche adalah orang pertama yang berteriak : “Tuhan telah mati”. Termasuk tuduhan : “Tuhan tidak adil” adalah terlalu biasa buat telinga manusia. Orang sering merasa “Tuhan telah mati” karena disaat-saat sulit, Tuhan tidak segera turun tangan. Tuhan, menyebutkan diri-Nya dengan tegas; diri-Nya kekal dan terus menerus terjaga, tidak pernah mengantuk, tidak pernah tertidur, apalagi mati. Yang mati itu adalah ‘hati’ manusia yang ‘kosong’ dari harapan akan kebaikan-Nya. Yang tidak adil itu adalah ‘persepsi’ dan ‘prasangka’ manusia yang terjauhkan dari hidayah-Nya dan hanya melihat Tuhan cuma pandai ‘bermuka masam’ tetapi tidak pandai ‘tersenyum simpul’. Yang merasakan Tuhan ‘mengantuk’ dan ‘tertidur’ adalah ‘kealpaan’ manusia yang tidak sudi mengambil pelajaran dari suatu peristiwa.

Setiap peristiwa pasti memiliki ‘manfaat tersembunyi’. Kadang, tampak tak adil di permukaan mata, tetapi siapa tahu justru ia menyimpan ‘ keadilan tersembunyi’ yang hanya bisa diketahui di belakang hari. Sungguh, dalam keadaan seperti itulah Tuhan ingin menunjukkan siapa yang ‘buta’ dan siapa yang ‘melihat’, siapa yang ‘tertidur’ siapa yang ‘ terjaga’ siapa yang ‘ bermuka masam’ dan siapa yang ‘tersenyum simpul’. Patutlah kita sekarang untuk merenungkan diri sampai dim ana tuntutan iman yang dapat kita laksanakan dalam hidup ini. Sesuai dengan kadar iman yang kita miliki. Renungan demikian telah dialami pula oleh Nabi Ibrahim sebagaimana tersebut dalam QS. Al-An’am 75-79, yang berbunyi; “Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) dilangit dan dibumi, dan (Kami memperlihatkan-Nya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata : “saya tidak suka kepada yang tenggelam”. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu lebih terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dan aku bukan termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”.
Salah satu kontribusi psychology contemporer yang kini banyak dikaji oleh kalangan agamawan adalah temuan mengenai perbedaan cara kerja, otak bagian kiri, otak bagian kanan. Cara kerja otak kiri cenderung Linear, Matematis, Kuantitatif, Repetitif dan melihat persoalan secara parsial. Sementara itu otak kanan bekerja secara Inovatif, Contemplative, Sintetis dan melihat persoalan secara Holistik atau Komprehensif. Nabi Muhammad SAW yang tumbuh dengan keseimbangan kemampuan otak kiri dan otak kanan yang mengarahkannya menjadi manusia yang Realistis, karena beliau bekerja keras seperti manusia lainnya. Pada saat yang sama beliau juga punya kesanggupan untuk melawan gravitasi fisikal. Dengan cara berkontmplasi dan senantiasa mendekatkan diri kepada Alloh SWT sehingga nyaris secara sempurna, hanya dalam waktu relatif singkat, 25 tahun dalam senyum dan perjuangannya. Yang hampir-hampir saja menyeret Nabi pada sikap frustasi dan putus asa, akan tetapi dengan sikap jiwa yang selalu berusaha untuk bersih, senyum dari interest pribadi, yang dipertajam dengan kontemplasi dan dzikir kepada Alloh maka akhirnya beliau memperoleh visi spiritualitas yang mencerahkan hidup.
Dalam kehidupan kita yang penuh kesibukan ini, patutlah kita merenungkan diri, sampai dimana tuntutan iman yang baru kita laksanakan. Sebagai pedoman dari kadar iman yang kita miliki, marilah kita simak keterangan Alloh SWT dalam Al-Qur’an: “Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Alloh. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar”. (QS. Fathir: 32).
Ayat tersebut, disamping menjelaskan tingkatan iman yang dimiliki seseorang; juga merupakan dorongan bagi orang yang beriman untuk selalu meningkatkan diri sampai mencapai tingkatan iman yang sempurna. Meningkatkan iman berarti meningkatkan kerja atau amal shalih, dimana pada kerja keras atau amal shalih itulah terletak kwalitas manusia, dan kepada, mereka pula dipercayakan Alloh untuk mengatur alam semesta ini. Ada tiga tingkatan mukmin yang disebut dalam ayat tersebut ; Pertama, tingkatan Zhalimun Li Nafsihi. Kedua, tingkatan Al-Muuqtashid. Ketiga, tingkatan Sabiqun Bi Al-Khairat.
Tingkatan iman yang paling rendah ialah tingkatan Zhalimun Li Nafsihi, orang yang aniaya atas dirinya, yaitu orang yang tidak setia dengan apa yang dikatakannya, dan apa yang diyakini oleh hatinya. Perbuatannya tidak sama dengan perkataannya. Dalam kehidupannya sehari-hari, banyak bicara dan rencana, tetapi sedikit berbuat dalam pelaksanaannya. Banyak ancaman Al-Qur’an atas sikap yang demikian diantaranya ayat yang berbunyi : “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ?. Amat besar kebencian di sisi Alloh bahwa kamu katakan apa yang tidak kamu kerjakan”. (Asshaf, ayat 2-3).
Tingkatan iman yang kedua ialah tingkatan Al-Muqtashid, yaitu seorang mukmin yang dalam beramal, membatasi diri pada hal-hal yang fardhu atau yang diwajibkan saja. Ia mengerjakan shalat, puasa, berzakat dan naik haji. Akan tetapi tidak terpanggil untuk melakukan amal-amal sosial yang menguntungkan kemanusiaan. Setiap pekerjaannya selalu dihubungkannya dengan keuntungan pribadi. Ia tidak mau melakukan hal-hal yang tidak dilihatnya beruntung buat dirinya.
Tingkatan iman yang ketiga ialah yang disebut dengan Sabiqun Al Khairat, yaitu seorang mukmin yang dalam beramal dan bekerja tidak membatasi diri [ada hal-hal yang fardhu saja, akan tetapi selalu bekerja dan terlibat dalam usaha-usaha kemanusiaan. Dalam masalah ibadah, selain yang fardhu, ia juga melakukan ibadah sunnah, seperti shalat sunnah, puasa sunnah dan sebagainya. Dalam masalah zakat, selain yang diwajibkan, ia juga tidak segan berinfak. Demikian pula dalam segala kegiatannya, ia selalu bekerja keras dalam usaha-usaha yang membawa kepada peningkatan kwalitas diri dan kwalitas masyarakat lingkungannya. Tingkatan iman yang demikian itulah yang paling tinggi disisi Alloh SWT.

Baca Selengkapnya......

MENGGAPAI SENYUM ALLOH

Kehidupan yang kita jalani, bertujuan untuk memperoleh Ridho Alloh. Ibn Arabi, seorang sufi kenamaan pada masanya, menyatakan bahwa dunia ini tempat mencari dan menggapai Ridho Alloh. Untuk mencapai ridho itu, Alloh SWT memberikan ujian kepada kita, sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Oleh karena itu, untuk mencapai Ridho Alloh, bukan persoalan ujiannya yang kita resahkan, tetapi bisakah kita menghadapi ujian itu dengan baik.

Dalam bahasa sufi atau istilah ilmu Tasawuf “Al-Ridho” berarti tidak menentang Qada dan Qadar atau Takdir Tuhan. Tetapi menerima dengan lapang dada dan senang hati segala ketentuan dan kepastian Tuhan baik lahir ataupun batin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, baik yang rasional karena terjangkau oleh akal ataupun yang irrasional karena menginsyafi keterbatasan akal manusia. Manakala derajat “Al-Ridho” sudah tercapai, ketentraman, kesenangan dan kebahagiaan pasti tercapai.
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, dimana arus Informasi dan Globalisasi dalam segala aspek kehidupan semakin terasa, masih adakah Relevansi Ridho Alloh untuk kita anut dan kita terapkan dalam kehidupan ? jawabannya masih relevan dan bahkan sangat dibutuhkan dan diperlukan dalam kehidupan. Betapa tidak, dalam kehidupan modern seperti sekarang ini dimana persaingan hidup semakin merajalela, persaingan ekonomi semakin ketat, sulitnya lapangan pekerjaan membuat orang mudah tersinggung, kadang hanya perkara sepele tangan ikut bicara, seluritpun ikut melayang dan nyawa pun hilang. Padahal, seharusnya semakin modern semakin banyak fasilitas, jalan menuju kebahagiaan dan kenikmatan hidup semakin mudah. Tetapi kenapa justru sebaliknya yang terjadi ? jawabnya yang paling inti dikarenakan manusia hanya melihat yang lahir tanpa melihat yang batin. Manusia hanya melihat yang Rasional tanpa melihat yang Irrasional.
Benar firman Alloh SWT yang artinya; “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-‘Ashr : 1-3).
Dalam ayat diatas ditegaskan bahwa agar tidak sampai merugi dibutuhkan kesabaran. Sabar dalam mengamalkan keyakinan, amalan shalih, disamping sabar dan senang dalam menerima segala sesuatu yang diberikan oleh Alloh SWT kepada kita. Kesabaran itulah yang seringkali menjadikan kita memperoleh keridhaan Alloh SWT.

Baca Selengkapnya......

Wednesday, February 13, 2008

BOLEHKAN MERAYAKAN VALENTINE’S DAY


Valentine kerap dikenal sebagai hari kasih saying. Namun tahukah kamu sejarah valentine itu ? Valentine merupakan hari besar bangsa Romawi yang asal mulanya bernama Lupercalia yang diperingati tanggal 15 Februari. Peringatan itu sebagai penghormatan kepada Juno (Dewa wanita dan perkawinan) dan Pan (Dewa dari alam).
Pada peringatan itu lelaki dan wanita berkumpul, lalu saling memilih pasangan lewat kado yang dikumpulkan dan ditukar. Dan selanjutnya hura-hura sampai pagi. Namun seiring berjalannya waktu pihak gereja memindahkan upacara itu menjadi penghormatan kepada Saint Valentine seorang pendeta Kristen yang tewas dihukum pancung. Dan acaranya berubah menjadi Valentine yang diperingati tanggal 14 Pebruari.
Nah, udah tahukah sejarahnya ! Sekarang tinggal anda yang menyikapinya. Tanya dalam hati anda, boleh ga sih Valentine’s Day itu ? Sesuai ga sama agama kita ? Sesuai ga sama budaya kita ? Semuanya tergantung sama anda

KENAPA VALENTINE HARUS 14 FEBRUARI?

Valentine dirayakan setiap 14 februari sesuai dengan arti kata Valentain

Va berasal dari Fa yang merupakan urutan nada ke-4 dari solmisasi
Do re mi fa
Jadi Fa disini menunjukkan 'empat'

Lent adalah bentuk ke tiga dari kata "Lend" yang dalam basa english
berarti meminjamkan atau dipinjam.
Nahh...dalam pinjam meminjam harus ada unsur 'belas kasihan'
Maka Lent bisa diartikan sebagai 'belas'

Tine berasal dari kata asli twin yang artinya kembar
Kata kembar adalah identik dengan angka 2

Maka kata valentine yang asli katanya berasal dari "Falenttwin"
mempunyai
arti
Fa = empat
Lent = belas
twin = dua
Jadi Empat belas bulan kedua
Alias 14 Februari
Itulah kenapa valentine diperingati setiap tanggal 14 februari

(Hanya orang2 dengan gangguan mental dan orang2 yang mau bunuh diri,
yang
percaya bahwa tulisan ini benar)


:::KENAPA VALENTINE IDENTIK DENGAN COKLAT?

haalaaah...
ini jawabanyya gampang aja
Karena coklat itu romantis..kan asik kalo pas candle light dinner trus
ngasihnya coklat
Coba bayangin kalo ngasihnya nasi tumpeng, kan susah!
Jadinya ga romantis tapi tragis

::: KENAPA VALENTAIN IDENTIK DENGAN PINK?

Sebenarnya bisa aja dijawab:
Kalo pake item2, ntar disangkain dukun
Kalo pake biru2, disangkain satpam
Kalo pake putih2, disangkain pocong
Kalo pake ijo2, disangkain kolor ijo
Kalo pake abu abu, disangkain babu

ya kan?
jadi emang cucoknya warna pink!

:::JIKA APA KITA MERAYAKAN VALENTINE?

satu
Jika ada pasangan alias pacar!
Karena aneh aja kalo makan candle light sendirian, nulis kartu valentine

buat diri sendiri, termasuk ngasih coklat buat diri sendiri sambil
menciumi diri sendiri di depan kaca...
(narsis akut)

Dua
jika punya modal
Karena apa?
Coklat itu mahal, coklat gambar ayam jago aja paling gak uda seribu
rupiah

Belum lagi beli kartu ucapannya, makan malemnya, bunga mawarnya...byuh
byuh byuh...

Ingat..
"cinta itu buta....tapi butuh duit"
heheheheh

::: APA TEMA VALENTINE TAUN INI?

Ada beberapa tema valentain taun ini, yaitu:

valentain dengan bawain coklat 5 kilo digotong sendirian dari jakarta ke bogor
(CAPPEEEE DEEHHH....)

Valentine sambil menikmati singkong yang dikasih ragi
(TAPEEEE DEEHHH....)

Valentine sambil makan sambal merah pedas di mangkuk berbentuk hati
(CABEEEEE DEEEHH....)

Valentine dengan memakai pakaian serba pink. Baju pink, celana pink,
sepatu pink, tutup muka pink, telinga pink dan hidung pink
(BABIIIIII DEEEHHH....)

Ahh...sudahlah
Tambah ga penting aja tulisan ini
Yauda..
Bagi yang merayakan selamat aja, bagi yang memang ga pengen merayakan
ya...santai aja
Tapi buat yang pengen merayakan tapi keadaan belum mengijinkan (baca :
jomblo red.)....semoga cepat mendapatkan pasangan

Ingat prinsip pertama harus jual mahal, sambil berkata "SIAPA GW"
Kalo belum dapet juga diturunkan menjadi "SIAPA DIA?"
Tapi kalo memang belum dapet2 juga turunkan lagi menjadi "SIAPA AJA"
ok!

buat semuanya :
SELAMAT VALENTINE SEMOGA LEKAS SEMBUH!

Baca Selengkapnya......

Thursday, February 7, 2008

MENCETAK GURU BERKUALITAS: TANTANGAN DUNIA PENDIDIKAN

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan ketika dimintai
pendapatnya tentang perkembangan pendidikan Indonesia pernah berkata.
“Jangan terlalu ribut soal kurikulum dan sistemnya. Itu semua bukan
apa-apa, justru pelaku-pelakunya itulah yang lebih penting
diperhatikan,” Sebagai mantan Mentri Pendidikan beliau tentu sadar
betul bahwa kualitas gurulah yang justru menjadi permasalahan pokok
pendidikan dimana pun. Baik itu di Indonesia, di Jepang, Finlandia, di
AS, di manapun di dunia ini kualitas pendidikan ditentukan oleh
kualitas gurunya, bukan oleh besarnya dana pendidikan dan juga bukan
oleh hebatnya fasilitas. Jika guru berkualitas baik maka baik pula
kualitas pendidikannya.
Contohnya adalah Finlandia, negara dengan kualitas pendidikan terbaik
di dunia, yang dengan serius menjaga kualitas gurunya.

Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru dengan kualitas
terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah
profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis.
Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat
masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1 dari 7 pelamar yang
bisa diterima, lebih ketat persaingainnya ketimbang masuk ke fakultas
bergengsi lainnya seperti fakultas hukum dan kedokteran! Bandingkan
dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan kualitas
seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas seadanya
pula.
Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan pelatihan guru
yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi
guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula. Dengan kompetensi tersebut
mereka dengan mudah menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka,
dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka
pilih sendiri. Tak ada permasalahan dengan kurikulum apa pun yang
mereka inginkan. Dengan koki yang hebat bahan makanan seadanya bisa
menjadi masakan yang enak dan menarik sedangkan orang yang tidak bisa
memasak hanya akan merusak bahan makanan yang sebaik apa pun.

Baca Selengkapnya......

Monday, February 4, 2008

PAHLAWAN DAN PENGORBANAN


Seseorang disebut pahlawan karena timbangan kebaikannya jauh mengalahkan timbangan keburukannya, karena kekuatannya mengalahkan sisi kelemahannya. Jika engkau mencoba menghitung kesalahan dan kelemahannya, niscaya engkau menemui bahwa kesalahan dan kelemahan itu "tertelan" oleh kebaikan dan kekuatannya.

Tapi kebaikan dan kekuatan itu bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan merupakan rangkaian amal yang menjadi jasanya bagi kehidupan masyarakat manusia. Itulah sebabnya tidak semua orang baik dan kuat menjadi pahlawan yang dikenang dalam ingatan kolektif masyarakat atau apa yang kita sebut sejarah. Hanya apabila kebaikan dan kekuatan menjelma jadi matahari yang menerangi kehidupan, atau purnama yang merubah malam jadi indah, atau mata air yang menghilangkan dahaga.
Nilai sosial setiap kita terletak pada apa yang kita berikan kepada masyarakat atau pada kadar manfaat yang dirasakan masyarakat dari keseluruhan perfomance kepribadian kita. Maka Rasulullah saw berkata: "Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain."
Demikian kita menobatkan seseorang menjadi pahlawan karena ada begitu banyak hal yang telah ia berikan kepada masyarakat. Maka takdir seorang pahlawan adalah bahwa ia tidak pernah hidup dan berpikir dalam lingkup dirinya sendiri. Ia telah melampui batas-batas kebutuhan psikologis dan biologisnya. Batas-batas kebutuhan itu bahkan telah hilang dan lebur dalam batas kebutuhan kolektif masyarakatnya dimana segenap pikiran dan jiwanya tercurahkan.
Dalam makna inilah pengorbanan menemukan dirinya sebagai kata kunci kepahlawan seseorang. Disini ia bertemu dengan pertanggungjawaban, keberanian, dan kesabaran. Tiga hal terakhir ini adalah wadah-wadah kepribadian yang hanya akan menemukan makna dan fungsi kepahlawanannya apabila pengorbanan yang mengisi dan menggerakkannya. Pengorbananlah yang memberi arti dan fungsi kepahlawanan bagi sifat-sifat pertanggunjawaban, keberanian, dan kesabaran.
Maka keempat makna dan sifat ini rasa tanggung jawab keagamaan, semangat pengorbanan, keberanian jiwa, dan kesabaran adalah rangkaian dasar yang seluruhnya terkandung dalam ayat-ayat jihad. Dorongannya adalah tanggung jawab keagamaan (semacam semangat penyebaran dan pembelaan). Hakikat dan tabiatnya adalah pengorbanan. Perisainya keberanian jiwa. Tapi nafas panjangnya adalah kesabaran.
Begitulah kemudian menjadi benar apa yang dikatakan oleh Sayyid Qutb: "orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar"
Kaidah itu tidak saja berlaku bagi kehidupan individu, tapi juga merupakan kaidah universal yang berlaku bagi komunitas manusia. Syakib Arselan, pemikir Muslim asal Syiria, yang menulis buku Mengopo Kaum Muslimin Mundur dan Orang Barat Maju menjelaskan jawabannya dalam kalimat yang sederhana, "Karena," kata Syakib Arselan, "orang-orang Barat lebih banyak berkorban daripada kaum Muslimin. Mereka memberi lebih banyak demi agama mereka ketimbang apa yang diberikan kaum Muslimin bagi agamanya."
Sekarang mengertilah kita, "Apakah yang dibutuhkan untuk menegakkan negara, agama ini dalam realitas kehidupan?" Yaitu, hadirnya para pahlawan sejati yang tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri, tapi hidup bagi orang lain, negara dan agamanya serta mau mengorbankan semua yang ia miliki bagi negara dan agamanya itu.

Baca Selengkapnya......

MERUBAH KEGAGALAN JADI KESUKSESAN

Siapa mau gagal ? Tentu saja tidak ada yang bersedia. Hampir semua orang berusaha untuk tidak menemui kegagalan. Namun meski tak diinginkan, gagal Bering dengan santainya menghampiri manusia. Tak selamanya manusia berada hanya pada satu kondisi, misalnya sukses atau gagal saja. Sebab itulah hidup manusia menjadi dinamis.

Gagal dan sukses adalah dua buah kata yang setiap saat akan menyertai setiap usaha manusia. Dua kata ini ticlak melekat bersamaan namun bergantian. Dua kata itu saling menggantikan posisinya pada setiap usaha manusia dan memiliki arti yang berbeda bahkan saling berlawanan. Kalau bukan sukses yang ditemui maka kondisi yang sangat mungkin timbul adalah gagal.
Sukses atau gagal bagi tiap orang memiliki standar yang berbeda untuk hal yang sama. Karena persepsi terhadapnya tiap orang berbeda-beda. Reaksi terhadap sukses atau gagalpun tiap orang tak sama. Hal ini terjadi karena masing-masing manusia berbeda satu sama lain, unik dan khas.
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, tingkat aspirasi atau pun motivasi, pola asuh dalam keluarga, dan alasan yang sangat beragam. Di Jepang misalnya, gagal atau kegagalan ibarat akhir dari segalanya yang dapat berujung pada harakiri. Sedangkan dibelahan bumi yang lain kita mengenal pepatah "Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda". Terkadang kita saat merasakan gagal enggan rasanya mendengar pepatah itu.
Dibalik pepatah itu ada sebuah tujuan yang luhur yaitu menyuntikkan semangat bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya. Kegagalan dapat bersifat positif apabila kita dapat menarik manfaat dari kegagalan itu. Tetapi bisa juga bersifat negatif apabila dianggap sebagai sebuah gerbang yang tidak dapat ditembus lagi, apalagi untuk dimasuki. Hal ini kemudian membuat orang menyerah pada nasib.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kita tak selalu terpuruk pada kegagalan:
1. Bersikap positif terhadap kegagalan
Sikap positif ini merupakan dasar utama untuk memahami bahwa kegagalan bukan sesuatu yang harus ditakuti. Tanga adanya sikap positif, kita akan merasa seolah-olah hidup di alam tak nyata, pasif, menarik diri, dan tidak ingin berbuat apa-apa lagi karena takut gagal. Bersikap positif artinya mampu memandang suatu kegagalan sebagai peristiwa hidup yang harus dialami. Kita siap untuk menerima kegagalan kapan saja dan dalam bentuk apa pun. Dan yang lebih penting kita dapat menikmati hidup dalam kondisi apapun, sehingga kita merasakan kehidupan ini bermakna dalam segala situasi serta mampu menerima diri secara penuh. Hal ini akan sangat berpengaruh pada rasa harga diri kita dan akan berujung pada memiliki konsep diri yang positif.
2. Mencari penyebab
Ada dua faktor utama penyebab kegagalan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat disebabkan misalnya, kurang hati-hati dalam melakukan sesuatu atau menganggap remeh, sehingga dalam melakukannya tidak sepenuh hati. Sedangkan untuk faktor eksternal seperti persaingan dengan orang lain, mungkin kemampuan yang dimiliki sama atau melebihi kemampuan kita sehingga memperbesar peluang kegagalan. Terkadang kita mudah melemparkan alasan bahwa kegagalan adalah faktor eksternal. Begitu mudahnya menyalahkan hal-hal diluar diri kita sebagai penyebab kegagalan. Namun sulit untuk mengakui bahwa kegagalan itu juga dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat internal. Bahkan mungkin faktor internallah yang memiliki andil terbesar.
3. Melakukan Identifilkasi
Melalukan identifikasi akan memudahkan kita dalam mengatasi kegagalan, mana yang didahulukan untuk diatasi dan mana yang nomor sekian. Mengidentifikasi dapat dilakukan dengan cara mencatat hal-hal yang sering membuat kita gagal. Faktor internal atau eksternal. Mengatasi faktor internal tentu lebih sulit dibandingkan dengan faktor eksternal. Karena rasa-rasa dari kita takut untuk melihat diri sendiri dan sulit menerima kenyataan bahwa kita ternyata tidak seperti yang kita bayangkan.
4. Mengevaluasi Diri
Umumnya kalau kita gagal yang pertama disalahkan adalah pihak luar, jarang yang mau mengakui kesalahan diri. Melakukan evaluasi diri berarti kita berusaha mengakui kesalahan itu, bersikap dewasa dan bijaksana karena berani bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Evaluasi diri sekaligus melatih untuk semakin mengerti tentang diri kita sendiri.
5. Menggali Kekuatan Diri
Kegagalan sebenarnya bukan suatu pertanda kita tidak memiliki kekuatan dalam diri. Kita hanya belum mengenal atau mampu menggunakan kekuatan itu secara maksimal. Gali potensi-potensi yang sangat mungkin untuk dikembangkan. Kita akan berhasil menginventarisasi potensi-potensi apabila terus berusaha mengenali kekuatan kita
6. Mengenali Kelemahan diri
Meneliti kelemahan sendiri sebenarnya merupakan kesempatan untuk melakukan koreksi diri. Sebaliknya, bila tidak mau meneliti kelemahan, seolah kita hidup dalam dunia maya, karena tidak akan pernah melihat diri kita yang sebenarnya.
7. Melihat Peluang
Hendaknya kita pandai melihat peluang. Peluang dapat diperoleh apabila mau belajar dari kegagalan itu sendiri serta mampu menyiasati hal-hal yang membuat kita gagal. Perlu disadari, yang kita alami bukanlah suatu ancaman bagi kehidupan kita, melainkan kesempatan untuk mengubah hidup kita menjadi lebih efektif.
8. Trial & Error
Hal ini merupakan salah satu tolok ukur bahwa kita ingin mengubah kegagalan menjadi kesuksesan. Tinggal sejauh mana kita mau dan berani mencoba kembali kegagalan itu. Sebelum mencoba kembali, hendaknya dipikirkan masak-masak langkah-langkah yang akan ditempuh. Kunci utama trial and error adalah ketekunan dan sikap pantang menyerah dalam uji coba mengatasi kegagalan.
9. Iringi Setiap Usaha Dengan Sikap Tawakkal
Dengan menyadari bahwa setiap usaha hasil akhirnya adalah hak Allah SWT. Kita wajib berusaha sungguh-sungguh dan yang tak kalah pentingnya adalah kita harus tawakkal, berserah diri. Adalah sunatullah bahwa hasil yang akan dituai sebanding dengan usaha yang kita lakukan, namun adakalanya kita tidak tahu hasil yang terbaik untuk kita. Hanya Allahlah yang tahu, karena bagaimanapun pengetahuan kita atas diri kita jauh dibawah pengetahuan Allah atas diri kita, karena Dialah Sang Pencipta kita. Menyadari bahwa gagal dan sukses ada campur tangan Allah, Insya Allah akan membuat kita mampu berlapang dada menerima kegagalan dan menghimpun energi kembali untuk mencoba berusaha menggapai kesuksesan.

Baca Selengkapnya......

NEGERI CINTA

Sudah kembalinya saudara-saudara kita dari tanah suci Mekkah, banyak yang mereka dapatkan dari ibadah disana. Mereka berbaur menajdi satu dengan semua etnis dunia.

Arafah. Padang luas tempat kita menghampar jiwa. Semua lebur jadi satu tanpa sekat. Semua sekat: etnis, warna kulit, postur, latar budaya dan sejarah. Ihram putih yang membalut tubuh-tubuh kita menyimbolkan kesatuan. Semua kesatuan: asal usul, tujuan hidup, jalan hidup yang kita tempuh untuk mencapai tujuan itu.
Arafah itu seperti lukisan jiwa-jiwa yang digantung di dinding sejarah. Seluruh jiwa menyatu dalam lukisan yang rumit; disatukan oleh kekuatan Yang lahir kekuatan; kekuatan cinta yang lahir kekuatan iman. Tiba-tiba kita semua merasakan kerendahan hati yang tulus. Lalu jiwa kita hampar bagai permadani; silakan semua orang duduk di sana. Perbedaan-perbedaan ini “etnis, warna kulit, postur, latar budaya dan sejarah“ seketika berubah menjadi sumber keindahan yang menghiasi langit kehidupan kita.
Cintalah rahasianya. Maka ekspansi Islam dari jazirah Arab ke kawasan Asia Tengah, Selatan, Tenggara dan Cina, atau kawasan Afrika Selatan dan Utara sampai ke Eropa Barat dan Timur, bukanlah suatu catatan tentang pedang terhunus yang tak pernah berhenti berdarah. Itu justru serangan pasukan cinta yang datang membebaskan jiwa-jiwa manusia dari belenggu Yang membatasi hidupnya dengan sekat tanah dan etnis: maka menyatulah mereka dalam cinta yang melapangkan dunia. "Akan kami perangi mereka dengan cinta", kata Hasan Al Banna.
Dalam celupan cinta jiwa-jiwa itu muncul kembali dengan kesamaan-kesamaan baru: keramahan yang tulus, kerendahan hati yang natural, kedermawanan dan kebiasaan menolong orang lain. Pergilah ke negara-negara Islam dan temuilah masyarakatnya, kamu pasti menemukan sifat-sifat itu merata di antara mereka. Itulah sifat-sifat yang lahir dari cinta.
Dan itulah yang terjadi kemudian. Bangsa-bangsa Islam adalah rumpun ideologi yang tidak pernah bisa punah, bahkan ketika khilafah mereka runtuh dan negara-negara mereka porak-poranda. Bandingkanlah dengan imperium Romawi, atau Persia atau Uni Soviet. Bangsa-bangsa mereka pecah begitu institusi negara mereka runtuh. Nasib seperti ini rasanya juga akan dialami oleh negara-negara kosmo saat ini. Materialisme telah membangun sebuah dunia kosmo yang disatukan dan dipisahkan oleh uang. Di dunia kita saat ini, krisis ekonomi bisa dengan mudah menghancurkan sebuah bangsa, menutup riwayat sebuah negara, seperti Uni Soviet. Walaupun tidak dapat meramalkan waktu kejadiannya, tapi saya memiliki kepercayaan Yang kuat, bahwa Amerika Serikat juga akan mengalami masa depan yang sama.
Batasan negeri kita, dan negeri mana pun, adalah ruang hati kita. Seluas apa ruang hati kita dapat menampung orang lain, seluas itulah negeri yang mungkin kita huni. Selama apa cinta dapat bertahan dalam hati kita, selama itulah umur negeri kita. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang rumit sebenarnya tersimpan sebuah rahasia yang sederhana: keutuhan kita sebagai bangsa seumur dengan umur cinta kita.

Baca Selengkapnya......

ELEGI JAMAN

Jaman makin tua. Dalam hitungan masehi, hijriyah maupun imlek berganti ke tahun yang baru. Ada harapan baru (minimal semangat baru). Tapi sederet duka lama masih menganga. Pengangguran, krisis ekonomi, pemerintahan baru yang muram, meningkatnya kriminalitas, kebobrokan moral, hanyalah sebagian kecil dari borok dan bopeng wajah sosial kita.

Yang paling mengerikan adalah munculnya 'gerakan obyektivitas'. Sebuah gelombang baru pemahaman manusia tentang dirinya sendiri. Bahwa segalanya adalah manusiawi bila sesuai dengan kehendak kemanusiaannya. Meski unsur yang dominan adalah hawa nafsunya. Mereka memperkosa semena-mena teori obyektivitas Paul B. Horton, (1984): "Obyektifitas adalah kemampuan untuk melihat dan menerima fakta sebagaimana adanya, bukan sebagai apa yang diharapkan ". Maka lahirlah keyakinan bahwa segala kehendak manusia adalah fakta genetis dan biologis yang harus dipandang apa adanya. Inilah yang kemudian menjadi ruh bagi gerakan revolusi 'orang-orang gila' itu.
Maka jangan heran bila banyak orang dengan gegabah mengatakan bahwa foto bugil di sampul majalah dan tabloid itu tidak porno. Tapi sebuah seni yang indah, bila dipandang apa adanya, tanpa preferensi agama, moral, pribadi, apalagi politik. Atau sikap beberapa mahasiswa yang menganggap seks bebas itu sah-sah saja. Karena is seperti kebutuhan makan, tak perlu diikat etika yang rumit. Atau seperti apa yang dilakukan sebuah biro di Amerika baru-baru ini. Melalui jaringan internet, biro, itu menjual sel-sel telur para bintang dan model perempuan. Dalam penjualan perdananya, ditawarkan delapan model cantik. Harga untuk satu sel telur antara 15.000 hingga 100.000 US $. Angka itu belum termasuk biaya lain-lain seperti proses pembuahan dan perawatan
Jaman makin tua. Setengah dari 6 miliar penduduk dunia hidup dalam kemiskinan. Dengan pendapatan rata-rata tiga dolar per hari, bahkan lebih buruk. Padahal di Paris, pemerintah setahunnya menghabiskan lebih 140 miliar rupiah hanya untuk membersihkan kotoran anjing milik warga yang nge-pup sembarangan di jalan-jalan kota wisata dunia itu. Sementara masyarakat Inggris telah membelanjakan tujuh trilyun lebih untuk kucing piaraan mereka sekaligus perhiasannya. Ironis, memang.
Jaman makin tua. Indonesia menjadi penyumbang ketiga penyakit TBC di dunia. Menurut Prof. Anfasa Muluk, satu tahun kedepan jumlah penderita TBC di Indonesia bisa menjadi 100 juta orang, atau hampir setengah dari penduduk negeri ini. Sementara penyakit mental tak kalah mengerikan. Kepolisian Metro Jaya belum lama ini menggagalkan penyelundupan 54 ribu lebih VCD porno. Sebulan sebelumnya, mereka menangkap pembawa 990 kilo gram lebih ganja kering, atau hampir satu ton. Padahal menurut seorang sumber di Rumah Sakit Ketergantungan Obat di Jakarta, dari seluruh pasien yang berobat, hanya 1 % yang dimungkinkan bisa sembuh.
Jaman makin tua. Kebiadaban belum berhenti. Kebrutalan merajalela. Apalagi kala sejarah kerusakan manusia menemukan kemasan yang necis, elegan, dan mungkjn 'terhormat'. Karenanya, Mantan Sekjen PBB Kofi Annan menyebut abad 20 abad paling kejam. Meski seharusnya tuan Kofi sadar, sebagian kekejaman itu adalah karya nyata organisasi yang pernah dipimpinnya.
Dunia kian renta, menanti manusia-manusia pembangun. Walau seorang penyair sempat galau:
bila seribu pembangun
di belakangnya seorang penghancur
cukuplah sudah
bagaimana jadinya bila seorang pembangun
di belakangnya seribu penghancur?

Baca Selengkapnya......

Thursday, January 31, 2008

Guru dan Organisasinya

Sumber: Suara Pembaruan, Jumat, 25 Jan 2007
Nanang (Ahmad Rizali)

Sejumlah guru di seluruh Indonesia saat ini 2,7 juta. Sekitar 90 persen dari jumlah itu adalah produk Orde Baru yang cenderung pada kesetiaan tunggal. Semua guru PNS wajib menjadi anggota Korpri dan secara otomatis memperoleh kartu anggota Golkar. Sebelumnya, pernah sejumlah guru menolak doktrin kesetiaan tunggal, namun akhirnya dikucilkan dari pergaulan serta tidak diberikan pekerjaan mengajar.

Dalam berorganisasi pun guru PNS hanya punya satu pilihan, bahkan dipaksa menjadi anggota Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), organisasi raksasa yang hari kelahirannya ditetapkan UU menjadi Hari Guru Nasional. Karena otomatis menjadi anggota maka otomatis pula gajinya dipotong sekian persen untuk iuran organisasi.

Tetapi, dengan memaksa guru PNS hanya setia dan taat kepada PGRI, Korpri, dan pada akhirnya harus setia mencoblos Golkar, tidak otomatis membuat guru semakin terampil mengajar. Hal itu disebabkan keterampilan profesional guru bukan menjadi indikator untuk kenaikan pangkat dan penilaian kompetensi seorang guru, namun indikator tertinggi adalah kesetiaan kepada ideologi dogmatis yang hanya boleh ditafsirkan oleh pemerintah (Nielsen, 2003).

Orde Reformasi tiba, semua kesetiaan tunggal berubah menjadi kesetiaan jamak, Guru sudah bebas menentukan kepada partai politik mana mereka ingin memberikan aspirasi. Guru pun bebas menentukan organisasi profesinya, bisa berhenti sebagai anggota PGRI dan ikut Forum Guru atau organisasi apapun yang tumbuh bak jamur di musim hujan.

Potongan gaji untuk iuran PGRI pun dihentikan dan sejak saat itu guru bebas sepenuhnya menata diri secara formal. Tetapi, karena terbiasa harus setia kepada satu organisasi saat dibebaskan dalam memilih organisasinya maka banyak guru yang gamang. Akhirnya dengan berbagai alasan, guru tetap bernaung di bawah organisasi PGRI.

Berubahkah PGRI seperti Golkar yang berubah menjadi partai dan mengubah slogannya serta gencar berpromosi? PGRI konon berubah sangat lambat, sebagaimana sifat alamiah sebuah organisasi besar yang pernah dipolitisasi dan dipaksa setia mutlak kepada pemerintah. Meskipun demikian, PGRI terbukti berhasil menggolkan UU Guru dan Dosen. Pimpinan PGRI mampu mendulang suara menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan banyak pula anggota PGRI menjadi pimpinan daerah.

Tapi, PGRI gagal menjadi organisasi profesi dalam arti sebenarnya bahwa semua anggotanya adalah guru profesional yang kompeten, seperti Dokter dengan IDI, akuntan dengan IAI, insinyur dengan PII, dan organisasi profesi lainnya. PGRI belum berhasil menjadi seperti IDI yang rekomendasinya mutlak menjadi rujukan Dinas Kesehatan ketika memberikan izin praktek dokter dan menghukum anggotanya jika melanggar kode etik. PGRI gamang, ketika semua tuntutan tentang kesejahteraan guru mulai dikabulkan pemerintah dan tiba saatnya masyarakat mulai menuntut PGRI agar mampu meningkatkan mutu guru dan PGRI lemah di sektor ini.

Paling Mapan

Meskipun PGRI gamang, tetapi diakui atau tidak, dialah satu-satunya organisasi guru terbesar, paling mapan dan berakar di republik ini. Ibarat partai, dia adalah Golkar yang sudah berurat-akar dalam masyarakat. Namun, Golkar cepat membaca tanda zaman dan PGRI terlambat menyikapinya. Kita akan kehilangan aset jika sampai PGRI mati atau dibubarkan.

Ketika Golkar babak-belur dihantam dari semua penjuru dan nyaris jatuh pimpinannya mampu mengubah Golkar dengan elegan menjadi sebuah partai politik dan mampu menggalang para kader petarungnya menjadi ketua di setiap DPD. Partai ini menjadi mesin politik paling efektif untuk memenangkan pemilu. Banyak daerah yang dipimpin oleh kader didikan zaman Golkar dihujat dan me- reka bisa ber- tahan di masa kritis.

Berbeda dengan Golkar, PGRI tidak sempat digebuki oleh masyarakat dan guru, sehingga PGRI tidak dipaksa berubah dan tetap mapan dipimpin oleh kader mapan bermental birokrat yang lamban. Oleh sebab itu, PGRI kurang lincah dan sering terlambat menyikapi perubahan dan tanda-tanda zaman.

Guru Profesional

Karena posisi yang strategis sudah seharusnya PGRI mengubah diri secara total, lebih membuka diri dan merekrut kader guru profesional yang andal, visioner, terampil mengajar, kritis dan independen. Para guru yang memenuhi kriteria tersebut, jangan hanya ribut di luar, tapi hendaknya masuk dan mengubah PGRI yang berkultur birokrat menjadi berkultur profesional, yang hanya loyal kepada visi kemajuan pendidikan anak bangsa. PGRI harus mendorong mereka menjadi pemimpin puncak organisasi. Oleh karena itu para birokrat yang memimpin PGRI sebaiknya diganti dengan kader andal.

Jika rencana besar tersebut dilaksanakan sejalan dengan upaya pemerintah merevitalisasi pendidikan guru, maka penulis yakin hanya dalam kurun waktu 10 tahun PGRI akan mampu menjadi organisasi profesional dan sebesar American Federation of Teachers (AFT), dengan mendirikan banyak kursus keterampilan untuk meningkatkan kompetensi guru.

Penulis adalah aktivis pengembangan guru di The CBE

Baca Selengkapnya......

Korea Saja Bisa, Apalagi Indonesia

Oleh : Koh Young Hun

Tiga puluh tahun yang lalu,
saya mendengar dari profesor saya di ruang kelas bahwa Indonesia
merupakan negara yang berpotensi tinggi, karena sumber daya alam dan
manusianya begitu kaya. Tiga puluh tahun sudah lewat, dan saya sudah
menjadi profesor. Saya masih juga mengatakan kepada murid-murid saya
bahwa Indonesia negara besar dan berpotensi tinggi dengan alasan yang
sama.
Tanggal 19 Desember 2007, rakyat Korea (Korsel) memilih
presiden baru, yaitu Lee Myung-bak (biasa disebut MB) yang akan memulai
lima tahun masa jabatannya pada 25 Februari mendatang. MB berjanji
bahwa dalam masa jabatannya Korea akan lebih maju dengan wawasan 7-4-7,
yang berisikan bahwa 7 persen pertumbuhan ekonomi per tahun, 40.000
dollar AS pendapatan per kapita, dan negara ke-7 terbesar dari segi
ekonominya (sekarang ke-11 terbesar). Pada hemat saya, Indonesia juga
bisa, karena negara ini punya kemampuan.
Ciri utama yang mewarnai
negara berkembang, dan merupakan musuh utama yang harus kita kalahkan,
ialah kebodohan dan kemalasan yang keduanya adalah cikal bakal yang
melahirkan kemiskinan. Karena itu, siapa yang lebih dahulu mampu
menghilangkan dua sifat buruk itu, maka dialah yang akan dengan cepat
dapat meraih kemajuan dan kemakmuran bangsanya.
Dalam teori
pembangunan, sebagaimana ditulis Steven J Rosen dalam bukunya, The
Logic of International Relation, dikenal dua aliran pendapat tentang
sebab-sebab keterbelakangan negara-negara berkembang, di mana kedua
aliran pendapat itu secara prinsip sangat berbeda satu dengan yang
lain. Dalam hal ini, Indonesia dan Korea memiliki pandangan yang sama,
yakni menganut paham tradisional; menganggap bahwa proses pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan di sebagian besar negara terhambat akibat
rendahnya tingkat produktivitas yang berhubungan erat dengan tingginya
kemubaziran dan ketidakefisiensian sosial. Aliran ini berpendapat bahwa
keterbelakangan dan kemiskinan mutlak disebabkan faktor-faktor
internal. Istilah Jawa-nya karena salahe dewe.
Adapun aliran yang
lain, ialah aliran radikal, memandang kemiskinan dan keterbelakangan
suatu negara (terutama negara ketiga) disebabkan oleh kondisi
internasional, yakni adanya eksploitasi negara-negara maju terhadap
negara-negara berkembang. Namun, dalam hal ini saya beranggapan bahwa
teori ini cenderung selalu mencari kambing hitam. Pepatah Melayu-nya,
karena awak tak bisa menari, lantai pula yang disalahkan.

Etos Korea

Kita
semua tahu bahwa Korea dalam kurun waktu relatif singkat telah menjelma
menjadi masyarakat modern, yaitu masyarakat yang telah mampu melepaskan
diri dari ketergantungan pada kehidupan agraris.
Kemajuan Korea
ini telah membuat banyak orang berdecak, terpukau seperti melihat
keajaiban sebuah mukjizat. Para pakar bertanya-tanya, resep apa
gerangan yang telah membuat bangsa yang terubah menjadi negara dan
bangsa yang makmur? Sejak awal tahun 1970-an pihak Pemerintah Korea
dalam rangka semangat pembangunan nasional telah berusaha membentuk
tipe manusia Korea yang memiliki empat kualitas. Pertama, "sikap rajin
bekerja". Lebih menghargai bekerja secara tuntas betapa pun kecilnya
pekerjaan itu, tinimbang pidato yang muluk-muluk tetapi tiada
pelaksanaannya.
Kedua, "sikap hemat", yang tumbuh sebagai buah
dari sikap rajin bekerja tadi. Ketiga, "sikap self-help", yang
didefinisikan sebagai berusaha mengenali diri sendiri dengan perspektif
yang lebih baik, lebih jujur, dan lebih tepat; berusaha mengembangkan
sifat mandiri dan rasa percaya diri. Keempat, kooperasi atau kerja
sama, cara untuk mencapai tujuan secara efektif dan rasional, dan
mempersatukan individu serta masyarakatnya.
Inilah picu laras
yang memacu jiwa kerja bangsa Korea. Bila kita perhatikan, keempat
butir nilai itu sesungguhnya adalah nilai luhur bangsa Indonesia.
"Rajin pangkal pandai..." dan "sedikit bicara banyak kerja" adalah
pepatah yang telah mengakar dalam budaya Indonesia.
Adapun nilai
self-help, mandiri, sudah lama melekat dalam nilai religi sebagian
besar masyarakat Indonesia, karena Tuhan Yang Maha Esa dalam Al Quran
menyebutkan bahwa sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu
bangsa, kecuali bangsa itu mengubah nasibnya sendiri. Sedangkan setiap
usaha mengubah nasib, baik itu membuahkan hasil ataupun tidak, Islam
telah memberinya nilai tambah; digolongkan pada perbuatan ibadah.
Sementara sifat yang terakhir, kooperasi, adalah sendi-sendi budaya
Indonesia yang amat menonjol. Kooperasi atau gotong royong tetap
dipelihara dan dilestarikan.

Burung Garuda

Sebagai
penutup, saya ingin sedikit mendongeng tentang seekor anak burung
garuda yang tertangkap dan dipelihara oleh seorang pemburu. Dari hari
ke hari dia hanya bermain di halaman rumah; bersama-sama ayam kampung.
Lalu pada suatu hari lewatlah seorang ahli unggas. Sang zoologist itu
terkejut.
"Ah!" pikir sang ahli unggas itu terheran-heran. "Sungguh mengherankan burung garuda itu!" ujarnya kepada pemburu.
"Dia
bukan burung garuda lagi. Nenek moyangnya mungkin garuda, tetapi dia
kini tidak lebih dari ayam-ayam sayur!" balas sang pemburu mantap.
"Tidak! Menurutku dia burung garuda, dan memang burung garuda!" bantah si ahli unggas itu.
Burung garuda ditangkap, lalu diapungkan ke atas udara. Garuda mengepak, lalu terjatuh.

"Betul, kan?" ujar si pemburu. "Dia bukan garuda lagi!"
Kembali
si ahli unggas itu menangkap garuda, dan mengapungkannya lagi. Kembali
garuda mengepak, lalu turun kembali. Si pemburu kembali mencemooh dan
semakin yakin garuda telah berubah menjadi ayam.
Dengan penuh
penasaran si ahli unggas memegang burung itu, lalu dengan lembut
membelai punggungnya, seraya dengan tegas membisikkan: "Garuda, dalam
tubuhmu mengalir darah garuda yang perkasa. Kepakkanlah sayapmu,
terbanglah membubung tinggi, lihatlah alam raya yang luas yang amat
indah. Terbanglah! Membubunglah! " Burung dilepas, dia mengepak. Semula
tampak kaku, kemudian tambah mantap, akhirnya garuda melesat membubung
tinggi, karena dia memang garuda.
Nah, barangkali cerita ini ada
persamaannya dengan bangsa Indonesia. Bukti kejayaan masa lampau telah
membuat mata dunia takjub. Borobudur satu bukti karya perkasa. Kini
camkanlah bahwa Anda sekalian mampu, Anda punya kemampuan. Korea saja
bisa, apalagi Indonesia.

Koh Young Hun

Profesor di Program Studi Melayu-Indonesia,

Hankuk University of Foreign Studies
Seoul, Korea

Baca Selengkapnya......

Baik dan Buruknya Tuhan Yang Maha Tahu

Mendiang Soeharto baru memasuki hidup yang
sebenarnya.. ., apakah nanti enak selama-lamanya atau
tidak enak selama-lamanya ... itu hanya dia dan Allah
swt yang tahu..
Ternyata orang "kuat" indonesia dan dunia kalau sudah
ajal.., yang tidak bisa apa-apa.., meskipun dengan
dukungan alat dan dana yang super.., jika 'Ijaroil
memamggil., hati akan menggigil... ,

Dunia hanya sebatas umur tapi akhirat abadi
selamanya.., Tapi meskipun sedikit dunia menentukan
yang abadi itu..

Yang jelas semua itu adalah menjadi bahan pelajaran
bagi kita..., bahwa hidup yang sebenarnya tergantung
kita sendiri yang menentukan. Semua sudah diatur dan
diberi pedoman dan rambu-rambu langsung dari "yang
punya aturan" lewat nabinya..

Kita sebagai makhluk yang berakal
pasti akan selalu mencari kebenaran yang "pasti".
Benar dan tidak sudah ada dalam Quran, dan itu
kebenaran yang mutlak sampai kiamat..

Memang kita selama ini berkecimpung dalam dunia semu
dan penuh kepalsuan. Baru sadar ketika ajal
menjelang. Dan itu semua menggambarkan maha rahman
dan rahimnya Allah.., kita diberi kebebasan untuk
menentukan mau selamat atau terjerembab.

Semua.. kita semua dapat selamat dan selalu ingat
rambu-rambu Ilahi...,

Baca Selengkapnya......

Santai & Berusaha

Photobucket"
Apapun persoalan yang ada kita harus tetap nyantai dan terus memandang kedepan.

Baca Selengkapnya......

Saturday, January 19, 2008

DETIK-DETIK MENJELANG KEPERGIANNYA MANTAN PRESIDEN SOEKARNO

Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir. Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah
tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.

Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno, tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat
tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.

Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa-dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.

Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu. Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang
paling dicintainya ini.

"Pak, Pak, ini Ega..."

Senyap.

Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi.

Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar. Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan
tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.

Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia koma. Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.

Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah.

"Hatta.., kau di sini..?"

Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.

"Ya, bagaimana keadaanmu, No?"

Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.

Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal.

"Hoe gaat het met jou...?" Bagaimana keadaanmu?

Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.

Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil.

Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut menangis.

Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang
tidak punya nurani.

"No..."

Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.

Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini. Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.

Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.

Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka.

Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis. Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan
puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit. Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.

Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.

Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. Kini untuk selamanya.

Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan.

Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah tiada.

Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi:
Soekarno telah berpulang ke pangkuan sang pencipta

SURIA NATAADMADJA & ASSOCIATES
The East Building, 12th Floor,
Jl. Lingkar Mega Kuningan kav. E.3.2. no. 1,
Jakarta 12950, Indonesia

Baca Selengkapnya......